logo loading

Tokoh

Tri Hita Karana: Fondasi Harmoni Tempat Ibadah dan Pariwisata Bali   Oleh: Kadek Supri Budiadnyana, Mahasiswa Magister Akuntansi 2024, UNDIKSHA 

 Selasa, 19 November 2024

Universitas Udiksha


 

Bali, dengan julukannya sebagai Pulau Dewata, telah menjadi magnet wisata dunia yang menyatukan keindahan alam, kekayaan budaya, dan spiritualitas mendalam. Wisatawan dari 
berbagai belahan dunia terpikat oleh panorama alamnya yang menakjubkan, seperti pegunungan, pantai, dan sawah yang terhampar luas. Namun, daya tarik Bali tidak hanya berhenti pada pesona alam. Budaya masyarakat yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal serta spiritualitas yang termanifestasi dalam pura-pura megah memberikan dimensi yang lebih dalam bagi para pelancong.  

Agar harmoni antara alam, budaya, dan spiritualitas tetap terjaga, Bali menerapkan filosofi mendalam yang telah menjadi pedoman masyarakatnya selama berabad-abad: Tri Hita Karana.  

Tri Hita Karana: Filosofi Kehidupan Bali
Tri Hita Karana secara harfiah berarti "tiga penyebab kebahagiaan," yakni keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), manusia dengan sesama manusia (Pawongan), dan manusia dengan alam (Palemahan). Filosofi ini bukan hanya menjadi pegangan masyarakat Bali dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi pedoman dalam mengelola pariwisata, terutama di tempat-tempat ibadah yang juga berfungsi sebagai objek wisata.  

Tempat Ibadah Sebagai Simbol Keharmonisan
Pura-pura besar di Bali, seperti Pura Besakih, Tanah Lot, dan Uluwatu, adalah manifestasi nyata dari implementasi Tri Hita Karana. Dalam aspek Parahyangan, pura-pura ini menjadi ruang sakral untuk bersembahyang dan melaksanakan ritual keagamaan. Namun, melalui Pawongan, pura-pura ini juga membuka diri sebagai ruang edukasi bagi wisatawan untuk mengenal budaya dan spiritualitas Bali tanpa mengurangi kesakralannya.  

Sebagai contoh, atraksi seperti tari Kecak di Uluwatu atau prosesi keagamaan di Tanah Lot disajikan dengan tetap menjaga nilai spiritualnya. Ini sejalan dengan ajaran Veda yang menekankan keyakinan terhadap Tuhan sebagai fondasi untuk mencapai kebaikan, seperti tercermin dalam sloka Yajur Veda XIX.30:  
"Dengan sradha orang akan mencapai Tuhan, beliau menetapkan, dengan sradha menuju satya."  

Pada aspek Palemahan, pelestarian lingkungan menjadi prioritas. Tanah Lot, misalnya, menerapkan zona konservasi untuk menjaga ekosistem pantainya, sementara gotong royong masyarakat adat di sekitar pura-pura besar memastikan lingkungan tetap bersih dan asri.  

Pilar Pariwisata Berkelanjutan
Pendekatan Tri Hita Karana telah menjadikan pariwisata di Bali lebih dari sekadar pengalaman menikmati keindahan alam. Wisatawan diajak memahami nilai-nilai lokal, termasuk penghormatan terhadap tradisi dan lingkungan. Pemandu lokal tidak hanya menjadi sumber informasi, tetapi juga pendidik yang mengajarkan pentingnya menjaga kesakralan pura.  

Hal ini sesuai dengan ajaran Atharva Veda XII.1.45:  
"Hargailah mereka yang tinggal bersama di bumi pertiwi ini. Bumi yang memberikan keseimbangan bagaikan sapi yang memberi susunya kepada umat manusia."  
Sloka ini mengingatkan bahwa keharmonisan antara manusia dan alam adalah kunci kebahagiaan.  

Tantangan dan Harapan
Meski demikian, implementasi Tri Hita Karana tidak lepas dari tantangan. Komersialisasi berlebihan kerap mengancam kesakralan pura, sementara lonjakan wisatawan memberi tekanan pada lingkungan dan masyarakat lokal. Sosialisasi kepada wisatawan mengenai etika di tempat ibadah serta regulasi yang ketat menjadi kebutuhan mendesak untuk menjaga keseimbangan.  

Sebagai contoh, aturan ketat terkait perilaku wisatawan di pura, seperti berpakaian sopan dan menjaga ketenangan, perlu terus diterapkan. Kesadaran kolektif antara masyarakat lokal, pemerintah, dan wisatawan akan memastikan keberlanjutan harmoni ini.  

Penutup: Inspirasi Bagi Dunia
Tri Hita Karana adalah fondasi yang menjadikan Bali unik di mata dunia. Filosofi ini tidak hanya melestarikan keaslian budaya dan spiritual Bali tetapi juga menawarkan solusi untuk pariwisata modern yang berkelanjutan. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ini, Bali akan terus menjadi contoh bagi dunia dalam menciptakan hubungan yang harmonis antara spiritualitas, budaya, dan alam.  

Bali bukan sekadar destinasi, melainkan inspirasi. Melalui Tri Hita Karana, Pulau Dewata mengajarkan bahwa harmoni adalah jalan menuju kebahagiaan sejati.(TimNewsyess)


Penulis : Tim Klungkungnews


Siapa Calon Bupati Buleleng 2024 Selanjutnya?

Polling Dimulai per 1 Maret 2024



Siapa Calon Wakil Walikota Denpasar Selanjutnya?

Polling Dimulai per 1 Maret 2024