Tokoh
Sang Putu Suteja: Tokoh Bendesa Adat Bebalang yang Gigih Melestarikan Gamelan Angklung
Kamis, 08 Agustus 2024
Tokoh masyarakat bebalang
Bangli, .com - 8 Agustus 2024 – Di tengah gemuruh perubahan zaman dan kesibukan yang terus meningkat, ada seorang tokoh yang tetap berpegang teguh pada tradisi dan seni warisan leluhur. Dialah Sang Putu Suteja, Bendesa Adat Bebalang, Bangli, yang dikenal luas karena komitmennya dalam melestarikan gamelan angklung, sebuah seni tradisional yang telah mengakar kuat dalam budaya Bali.
Ketika ditemui oleh Newsyess di sela-sela acara kremasi di Bebalang pada Kamis, 8 Agustus 2024, Sang Putu Suteja bercerita tentang dedikasinya mempertahankan tradisi angklung di desanya. "Gamelan angklung ini adalah warisan yang sangat berharga dari nenek moyang kita. Nadanya yang khas, penuh kesedihan, sering digunakan untuk mengiringi upacara pengabenan, mengantarkan arwah menuju tempat peristirahatan terakhir," ungkapnya dengan penuh semangat.
Gamelan angklung di Bebalang tidak hanya dimainkan saat upacara pengabenan, tetapi juga di berbagai upacara lain, seperti pewalihan di pura, terutama di Pura Dalem. "Nada-nada sedih yang dipancarkan oleh angklung ini memiliki kekuatan spiritual yang mendalam, berbeda dengan gong kebyar yang lebih dinamis," tambahnya.
Sang Putu Suteja menjelaskan bahwa kelompok gamelan angklung di Yayasan Kremasin Bebalang terdiri dari sekitar 21 anggota yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk pengurus yayasan, pekerja, serati, dan warga desa. "Kami menjaga agar seni ini tetap hidup dengan melibatkan berbagai generasi dalam latihan dan pertunjukan. Dari generasi ke generasi, kami berharap angklung ini akan terus lestari," ujarnya.
Mengenai tantangan yang dihadapinya dalam membagi waktu antara tanggung jawab sebagai Bendesa Adat dan pelestarian seni angklung, Sang Putu Suteja mengakui adanya benturan antara tugas sosial dan kegiatan seni. Namun, dengan koordinasi yang baik dan dukungan dari Ketua Yayasan serta anggota lainnya, dia mampu menjalankan kedua peran tersebut dengan seimbang. "Kuncinya adalah kerjasama dan saling mendukung, sehingga segala kegiatan dapat berjalan lancar tanpa mengorbankan satu sama lain," katanya.
Melihat ke depan, Sang Putu Suteja memiliki harapan besar terhadap generasi muda. Dia bertekad untuk melibatkan lebih banyak anak-anak dan remaja dalam kegiatan seni angklung ini. "Kami akan terus mendidik dan mengarahkan generasi muda agar tradisi ini tidak punah. Warisan ini adalah harta yang harus dijaga dan diteruskan, jangan pernah bosan untuk belajar dan berlatih," pesannya.
Sang Putu Suteja sendiri telah bergelut dengan seni angklung sejak tahun 2019. Meskipun relatif baru, komitmennya untuk menjaga warisan ini tidak pernah pudar. Melalui dedikasi dan kecintaannya terhadap budaya, Sang Putu Suteja tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga menginspirasi masyarakat Bebalang untuk tetap menghargai dan melestarikan seni angklung, sehingga generasi mendatang dapat terus menikmati dan merasakan keindahan warisan leluhur ini.
Dengan semangat dan usaha yang tak kenal lelah, Sang Putu Suteja telah membuktikan bahwa di tengah kesibukan dan tuntutan zaman, menjaga warisan budaya adalah sebuah kehormatan yang harus dijunjung tinggi. Di bawah kepemimpinannya, Gamelan Angklung di Bebalang tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang, menjadi simbol keabadian tradisi dan spiritualitas Bali yang mendalam.(Tim Newsyess)
Penulis : Tim Klungkungnews
Polling Dimulai per 1 Maret 2024
Polling Dimulai per 1 Maret 2024