logo loading

News

Kisah Hidup Pekak Bronat: Pelajaran Hidup dari Seorang Pedagang Keliling  berjualan di  Usia Senja asal Bangli 

 Sabtu, 15 Februari 2025

Kisah hidup Pekak Bronat asal bangli


Bangli | Newsyess.com - 15 Februari 2025 – Di sudut-sudut kota Bangli yang masih terlelap, seorang pria renta dengan langkah penuh semangat menyusuri jalanan. Dialah Nengah Berana, yang akrab dipanggil Pekak Bronat, pria berusia 65 tahun asal Banjar Blumbang, Desa Kawan, Bangli. Meski usia telah senja, ia tetap setia mengais rezeki dengan menjajakan aneka jajan kering dari kampung ke kampung, membawa cerita perjuangan yang tak lekang oleh waktu.

Saat ditemui oleh tim Redaksi Newsyess.com pada Sabtu, 15 Februari 2025, Pekak Bronat sedang berkeliling menawarkan dagangannya. Kerutan di wajahnya bukan tanda kelemahan, melainkan saksi bisu keteguhan hati seorang lelaki yang tak ingin menyerah pada keadaan.

Kerja, Kerja, dan Kerja: Hidup adalah Perjuangan

Ketika ditanya mengapa masih berjualan di usia senja, jawabannya begitu sederhana namun menggugah:

“Mumpung kita masih sehat, harus kerja, kerja, kerja. Karena hukum kehidupan itu adalah kerja. Dengan kerja, kita mendapatkan pahala. Buah dari kerja keras lebih nikmat dibanding hanya meminta-minta.”

Bagi Pekak Bronat, hidup bukan sekadar menunggu takdir, melainkan harus dijalani dengan usaha dan kerja keras. Ia tak ingin bergantung pada orang lain, apalagi menyerah pada usia.

“Saya ini lahir tahun 1958. Umur saya ya sekitar 70-an, tapi saya tidak pernah berpikir untuk berhenti. Selama saya masih mampu, saya akan tetap bekerja,” katanya dengan senyum penuh keikhlasan.

Keluarga dan Makna Kehidupan

Dari pernikahannya, Pekak Bronat dikaruniai tiga anak. Dua di antaranya telah menikah, sementara satu anaknya masih menunggu jodoh. Kini, ia juga telah memiliki cucu, yang menjadi kebanggaan sekaligus sumber kebahagiaan di masa tuanya.

Meski begitu, ia tak pernah ingin merepotkan keluarganya. Baginya, hidup harus dijalani dengan prinsip yang jelas: bekerja keras dan selalu bersyukur.

“Hidup ini harus diperlengkapi oleh hukum. Hukum karma, hukum kerja keras. Jangan hanya berharap pada orang lain, karena Tuhan menciptakan dunia ini juga dengan kerja.”

Rutinitas Tak Kenal Lelah

Setiap pagi, sejak pukul lima subuh, Pekak Bronat sudah bersiap menjajakan jualannya. Ia berjalan kaki, menyusuri gang-gang kecil dan pasar tradisional, menjual aneka jajan kering. Istrinya juga turut berjualan di rumah, menyajikan kopi bagi para tetangga yang mampir.

Kadang, Pekak Bronat beristirahat satu atau dua hari dalam seminggu. Namun, ia mengaku tak betah diam. Ia merasa lebih tenang jika tetap bekerja, karena itulah yang membuatnya merasa hidup.

“Saya ini generasi tua, tapi masih tetap berjualan. Kalau ditanya apa rahasianya, ya karena saya tidak pernah malas. Tuhan menciptakan dunia ini dengan hukum kerja. Lihatlah jantung kita, dia terus bekerja meski kita tidur. Begitu juga hidup, harus tetap berjalan.”

Pendapatan hariannya pun tidak selalu besar, rata-rata hanya Rp25.000. Namun, ia tak pernah mengeluh. Baginya, cukup atau tidak cukup adalah perkara hati. Selama masih bisa makan dan tidak merepotkan orang lain, itu sudah lebih dari cukup.

Pesan untuk Generasi Muda: Jangan Malas!

Bagi Pekak Bronat, anak muda zaman sekarang terlalu banyak mengeluh dan kurang berusaha. Ia berharap generasi muda bisa mengambil pelajaran dari kehidupannya.

“Jangan malas! Tuhan menciptakan dunia ini untuk dikelola, bukan hanya untuk dinikmati. Kalau masih muda tapi malas bekerja, itu keliru. Jangan pilih-pilih pekerjaan, yang penting halal dan bisa menghidupi keluarga.”

Ia juga berpesan bahwa dalam hidup ini, tidak ada yang pasti. Hari ini sehat, besok bisa sakit. Hari ini ada pekerjaan, besok belum tentu ada. Maka selama masih mampu, harus terus bekerja.

“Bekerja jangan hanya melihat hasil. Semua usaha pasti ada hasilnya. Kalau pun tidak terlihat hari ini, mungkin besok atau lusa. Yang penting jangan berhenti berusaha.”

Menjalani Hidup dengan Keikhlasan

Di usianya yang telah melewati tujuh dekade, Pekak Bronat masih tetap bersemangat. Ia sadar bahwa hidup adalah perjalanan yang harus dilalui dengan penuh ketulusan. Setiap langkahnya menyusuri jalanan Bangli adalah bukti bahwa usia bukanlah penghalang untuk terus berkarya.

“Semakin kita mampu bekerja, semakin kita harus bekerja. Jangan marah pada hasil, karena setiap usaha pasti ada jalannya sendiri.”

Dari Pekak Bronat, kita belajar bahwa hidup bukan tentang berapa lama kita hidup, melainkan bagaimana kita mengisinya dengan makna. Di tengah hiruk-pikuk zaman yang semakin modern, kisahnya adalah pengingat bahwa kerja keras, ketekunan, dan keikhlasan adalah kunci menuju kehidupan yang penuh berkah. (Tim Newsyess.com)


Penulis : Tim Klungkungnews


Siapa Calon Bupati Buleleng 2024 Selanjutnya?

Polling Dimulai per 1 Maret 2024



Siapa Calon Wakil Walikota Denpasar Selanjutnya?

Polling Dimulai per 1 Maret 2024