logo loading

News

Desa Adat Silungan Gelar Karya Mepadudusan Alit, Ngenteg Linggih, Ngresi Gana, dan Mupuk Pedagingan: Sebuah Wujud Syukur dan Srada Bakti

 Sabtu, 05 Oktober 2024

Desa adat silungan gianyar


 

Gianyar,  - Desa Adat Silungan, yang terletak di Desa Lodtuduh, Kecamatan Ubud, Gianyar, tengah melaksanakan prosesi upacara besar serangkaian Karya Mepadudusan Alit, Ngenteg Linggih, Ngresi Gana lan Mupuk Pedagingan. Upacara sakral ini berlangsung di Pura Desa lan Puseh desa adat setempat, dengan puncak kegiatan jatuh pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu, 5 Oktober 2024. 

Karya ini menjadi momentum penting bagi krama (warga) Desa Adat Silungan sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Prosesi ini juga diharapkan dapat memperkokoh spiritualitas dan hubungan masyarakat dengan alam semesta.

Rangkaian Prosesi Upacara

Menurut Pewartaka Karya, Dewa Ketut Oka, rangkaian prosesi upacara ini dimulai sejak Selasa, 17 September 2024 (Rahina Anggara Paing Sungsang), dengan pelaksanaan berbagai ritual awal seperti nanceb taring, mecaru ayam brumbun, ngunggahin sunari, dan berbagai ritual persiapan lainnya. Pada hari itu juga dilakukan pengrajeg karya, ngadegan tapini, dan guru dadi, yang menandai permulaan seluruh prosesi upacara.

Ritual berlanjut pada Jumat, 20 September 2024 (Rahina Sukra Kliwon Sungsang) dengan prosesi mendak toya anyar, negtegin, dan nyangling. Kegiatan dilanjutkan pada Rabu, 2 Oktober 2024 (Buda Paing Kuningan) dengan mecaru wraspati kalpa medurga, mecaru rsi gana, melaspas pedagingan, serta mendem pedagingan. 

Pada hari yang sama, Desa Adat Mawang yang juga berada di Desa Lodtuduh, turut menggelar upacara mendak lan mlaspas bagia di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Silungan.

Prosesi berlanjut ke Jumat, 4 Oktober 2024, dengan kegiatan melasti ke Segara Purnama dan ritual mecaru panca sata yang dilaksanakan di tepi pantai. Puncak dari seluruh rangkaian upacara ini jatuh pada Sabtu, 5 Oktober 2024, dengan prosesi mendak panggung dan mekala nyanglan. Pada puncak karya, upacara dipimpin oleh Ida Pedanda Siwa Gria Ageng Kutri dan Ida Pedanda Buda Gria Ageng Batuan, tokoh spiritual yang dipercaya untuk memuput (memimpin) rangkaian ritual sakral tersebut.

Lanjutan Prosesi Upacara

Upacara tidak berhenti di puncak karya, tetapi masih berlanjut dengan berbagai kegiatan spiritual lainnya. Pada Minggu, 6 Oktober 2024 (Radite Umanis Langkir) dan Senin, 7 Oktober 2024 (Soma Paing Langkir), dilaksanakan prosesi mepeed dan nganyarin. Kemudian pada Selasa, 8 Oktober 2024 (Anggara Pon Langkir), upacara dilanjutkan dengan nyegara gunung, melasti ring beji, nyenukin ring Pura Alas Arum, serta berbagai kegiatan lain seperti penyinebab, mendem panca lingga, dan penganyar.

Makna dan Harapan di Balik Karya Upacara

Upacara Karya Mepadudusan Alit, Ngenteg Linggih, Ngresi Gana lan Mupuk Pedagingan ini memiliki makna spiritual yang mendalam. Dewa Ketut Oka, bersama Bendesa Adat Silungan Made Kardi, dan Penyarikan Desa Adat Silungan Dewa Made Adi Wisma, menjelaskan bahwa karya ini adalah bentuk srada bakti dan wujud syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Melalui upacara ini, masyarakat berharap diberikan keselamatan, kerahayuan (kesejahteraan), dan berkah untuk kelangsungan hidup yang harmonis.

"Karya ini bukan hanya sebagai sebuah ritual rutin, tetapi lebih dari itu, sebagai pengingat bagi seluruh masyarakat untuk selalu menjaga hubungan yang baik dengan alam semesta dan para leluhur. Melalui upacara ini, kami berharap seluruh warga desa selalu diberikan keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan sehari-hari," ujar Dewa Ketut Oka.

Upacara ini juga diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara manusia dan alam, yang merupakan inti dari filosofi kehidupan masyarakat Hindu Bali. Karya ini mengandung harapan agar kehidupan sosial dan spiritual warga Desa Adat Silungan semakin kokoh, terhindar dari marabahaya, serta terus berada dalam naungan berkah Ida Sang Hyang Widhi.

Dengan rangkaian upacara yang berjalan khidmat dan lancar, karya ini menjadi simbol solidaritas masyarakat adat dalam menjaga tradisi dan melestarikan warisan leluhur. Upacara ini juga sekaligus meneguhkan bahwa kehidupan spiritual tetap menjadi pilar penting dalam kehidupan masyarakat Bali, di tengah berbagai perubahan zaman yang terus berlangsung.(TimNewsyess)


Penulis : Tim Klungkungnews


Siapa Calon Bupati Buleleng 2024 Selanjutnya?

Polling Dimulai per 1 Maret 2024



Siapa Calon Wakil Walikota Denpasar Selanjutnya?

Polling Dimulai per 1 Maret 2024