logo loading

Tokoh

Pura Pasar Agung Giri Tohlangkir  Gelar Upacara Tawur Labuh Gentuh sebagai : Bentuk Penghormatan dan Doa untuk Kedamaian Bali dan Nusantara

 Senin, 04 November 2024

Bendesa adat duda


 

Karangasem |  – Majelis Desa Adat (MDA) Kecamatan Selat yang dipimpin oleh Bendesa Alitan I Komang Sujana, S.Ag., yang juga menjabat sebagai Jro Bendesa Adat Duda, menyelenggarakan upacara besar Tawur Labuh Gentuh, Nubung Padagingan, serta Wana Kertih dan Segara Kertih di Pura Pasar Agung Giri Tohlangkir, Besakih. Upacara sakral ini digelar dengan harapan membawa kedamaian, kerahayuan, dan kesejahteraan bagi masyarakat Bali serta Nusantara.

Upacara ini, yang berlangsung selama 21 hari dari 1 November hingga 21 November, merupakan bentuk penghormatan kepada para dewa sebagai manifestasi Maha Pengasih dan Maha Pemurah. Puncak acara akan disertai prosesi simbolis yang melibatkan turunnya Dewa dari Pura Pasar Agung, diiringi upacara dan persembahan khas yang menunjukkan kebesaran tradisi spiritual Bali.

Prosesi Sakral dan Maknanya

I Komang Sujana menjelaskan bahwa prosesi Tawur Labuh Gentuh melibatkan berbagai tahap, termasuk perjalanan suci menuju Segara Kelapa. “Iring-iringan dimulai dari Pura Pasar Agung, melewati sejumlah titik penting seperti Besang dan catus pata klungkung , di mana dilakukan penghormatan kepada para leluhur,” ujar Sujana. Pada lokasi tersebut, para pemimpin desa adat dan tokoh masyarakat setempat ikut hadir untuk mendukung prosesi, termasuk Ketua DPRD Klungkung yang turut serta dalam upacara ini.

Lebih lanjut, Sujana menuturkan bahwa perayaan kali ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam serta mendoakan agar Bali dan Nusantara tetap aman dan damai. “Upacara ini tak hanya berlaku untuk masyarakat Bali, tetapi juga membawa doa untuk jagad Nusantara,” katanya, menekankan pentingnya persatuan dalam menghadapi perbedaan pilihan, terutama menjelang pemilihan kepala daerah Bupati dan Wakil Bupati serta Gubernur dan Wakil Gubernur serentak 27 November 2024 mendatang.

Pentingnya Karya Bagi Masyarakat Adat

Sebagai pemimpin adat, Sujana juga menyampaikan harapan agar Desa Adat Duda dan sekitarnya selalu kondusif meski dihadapkan pada perbedaan pandangan politik. “Kami berharap semua pihak dapat menjaga keharmonisan di tengah perbedaan pilihan. Upacara ini adalah bentuk pengerastiti untuk memohon berkah dan perlindungan, agar Bali selalu aman, tenteram, dan masyarakatnya sejahtera,” ungkapnya.

Ia menambahkan, filosofi upacara ini mengacu pada prinsip Tri Hita Karana, yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta. Implementasi nilai-nilai ini diharapkan menjaga keseimbangan alam secara sekala (nampak) dan niskala (tak nampak).

Harapan pada Pelaksanaan Pemilu Mendatang

Terkait dengan situasi politik yang tengah hangat, Sujana berharap agar upacara besar ini turut membawa energi positif bagi pelaksanaan pemilu kepala daerah (Pilkada) Bupati dan Wakil Bupati serta Gubernur dan Wakil Gubernur yang damai dan aman. “Doa kami agar proses pemilu berjalan dengan tertib, lancar, dan terhindar dari konflik. Dengan adanya upacara ini, kami memohon restu agar pemimpin yang terpilih bisa membawa kesejahteraan bagi rakyat,” ujarnya.

Sujana menutup pesannya dengan mengajak semua pihak untuk bersatu dalam menjaga dan melestarikan adat, tradisi, dan budaya Bali. “Desa Adat adalah benteng utama budaya Bali. Melalui upacara ini, kami berharap hubungan harmonis dan keberkahan tetap melingkupi Bali dan Nusantara,” pungkasnya. 

Dengan semangat gotong royong dan doa bersama, upacara Tawur Labuh Gentuh menjadi momentum penting untuk memperkuat kesatuan dan kedamaian di tengah keragaman Bali dan Indonesia. (TimNewsyess)


Penulis : Tim Klungkungnews


Siapa Calon Bupati Buleleng 2024 Selanjutnya?

Polling Dimulai per 1 Maret 2024



Siapa Calon Wakil Walikota Denpasar Selanjutnya?

Polling Dimulai per 1 Maret 2024


Terpopuler